Seberapa Amankah Sinovac Vaksin COVID-19?


Jelang vaksinasi masal COVID-19, ternyata masih banyak yang belum tau soal vaksin yang digunakan berikut manfaat & efektifitasnya. 

Vaksin Corona yang akan digunakan ini bernama Sinovac.

Vaksin Sinovac
Vaksin sinovac

Sebelum dipatenkan, vaksin Sinovac ini bernama CoronaVac. Vaksin ini mengandung virus SARS-CoV-2 inaktif atau dimatikan. 

Penelitian vaksin Sinovac dimulai pada pertengahan 2020 di beberapa negara seperti China, Brazil, Chili, Indonesia, dan Turki. Dari hasil uji klinis, ternyata efektifitas vaksin Sinovac berbeda-beda di tiap negara. 

Misalnya di Turki yang mencapai 91,25 persen, Brazil dengan efektifitas 78 persen, dan Indonesia yang hanya 65,3 persen. 

Kepala BPOM Penny K Lukito menjelaskan angka ini berarti vaksin Sinovac menunjukkan harapan untuk bisa menurunkan risiko terkena penyakit COVID-19 hingga 65,3 persen. 

Perbedaan persentase di tiap negara tentunya dipengaruhi oleh kondisi epidemiologi yang berbeda-beda.

Lalu, bagaimana kesimpulan yang bisa kita ambil !

Apakah vaksin Sinovac aman digunakan ? 

Tentu saja aman, yah meski efektifitasnya tidak terbilang bagus.

Berikut beberapa poin yang bisa jadi dasar untuk menentukan keamanan vaksin Sinovac.

Sudah direstui BPOM

Vaksin COVID-19 Sinovac resmi mendapat restu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam bentuk emergency use authorization (EUA). Dalam uji klinis, vaksin Sinovac menunjukkan efikasi 65,3 persen.

Efikasi diatas 50 persen

Berdasarkan hasil uji klinis yang dilakukan di Bandung menunjukkan bahwa efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen.

Efikasi yang didapat lebih kecil dibanding hasil uji klinis di Turki sebesar 91,25 persen dan di Brasil 78 persen. Namun temuan terbaru menunjukkan efikasi di Brazil turun menjadi 50,4 persen.

Meski begitu, nilai efikasi yang didapat sudah lebih tinggi dari persyaratan yang ditetapkan oleh WHO yakni 50 persen.

Imunogenesitas tinggi

Selain dari efikasi vaksin sinovac, imunogenesitas atau kemampuan untuk membentuk antibodi berfungsi membunuh dan menetralkan virus juga dinilai dalam uji klinis.

Dari uji klinis yang dilakukan, didapatkan data antibodi sampai 3 bulan setelah penyuntikan sebesar 99,23 persen.

Efektif untuk rentang usia 18 - 59

Tahap awal vaksinasi Sinovac akan diberikan pada orang dewasa sehat usia 18-59 tahun yang merupakan kelompok usia terbanyak terpapar COVID-19. 

Perlu diketahui bahwa rentang umur ini akan mempengaruhi efektifitas vaksin di dalam tubuh.

Umumnya usia yang lebih muda akan memiliki efektifitas vaksin yang lebih tinggi karena imunitas tubuh yang masih bagus, begitupun sebaliknya. 

Selain itu, dikarenakan vaksin Sinovac baru diuji cobakan pada orang dewasa usia 18-59 tahun yang sehat, dan akan membutuhkan waktu uji klinis tambahan untuk bisa mengidentifikasi kesesuaian vaksin COVID-19 untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun dan dengan penyakit penyerta.

Minim efek samping

Kepala BPOM Penny K Lukito menjelaskan bahwa vaksin Sinovac akan diberikan dalam dua dosis dengan 0,5 milimeter per dosisnya.

Berdasarkan hasil uji klinis dipastikan vaksin COVID-19 yang akan digunakan dalam program vaksinasi nasional aman. Dari hasil uji klinis, sama sekali belum ditemukan efek samping yang serius dari vaksin ini.

Beberapa poin diatas tentu bisa menjadi dasar untuk menentukan keamanan vaksin Sinovac. Dengan adanya program vaksinasi massal yang akan dilakukan pemerintah, tentunya kita semua berharap agar pandemi COVID-19 ini segera berakhir.

Pertanyaan Umum

  • Dikutip dari Kementerian Kesehatan, dari total 1.2 juta vaksin sinovac yang sudah datang. Prioritas utama akan diberikan untuk tenaga kesehatan, termasuk didalamnya para pejabat pemerintahan.
  • Suspek merupakan orang yang memiliki gejala batuk pilek, demam atau sakit tenggorokkan yang memiliki riwayat perjalanan ke wilayah penyebaran COVID-19 maupun memiliki riwayat kontak dengan penderita COVID-19.
  • Vaksin bukanlah obat. Vaksin diberikan kepada orang yang sehat dengan tujuan agar tidak tertular virus atau penyakit tertentu.
  • Tidak. Vaksin pneumonia, seperti vaksin pneumokokus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B, sama sekali tidak memberi perlindungan terhadap COVID-19. Virus ini sangat baru dan berbeda sehingga membutuhkan vaksin sendiri.