Pentingnya Posisi "Brace For Impact" Saat Pesawat Jatuh
![]() |
Brace for impact |
Tak ada yang menginginkan terjadinya musibah saat kita sedang berada di pesawat.
Tapi yang namanya musibah, tidak ada yang tau kapan dan dimana terjadinya. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Salah satunya adalah dengan memahami prosedur-prosedur darurat saat pesawat yang kita tumpangi dalam bahaya.
Jika kamu pernah menonton film SULLY, kamu akan tau betapa mengerikannya kondisi di dalam pesawat saat melakukan pendaratan darurat.
Film SULLY ini diangkat dari kisah nyata.
Bercerita tentang kecelakaan pesawat dimana sang pilot kapten Sully menjadi "hero", karena dapat mengendalikan pesawat dengan melakukan pendaratan darurat di sungai dan hebatnya tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut.
Dalam salah satu scene, saat pesawat dalam kondisi darurat, kapten Sully memberi tahu ke awak kabin.
"brace for impact"
Lalu awak kabin kompak teriak...
"Brace brace brace, bend down!"
Semua penumpang yang mendengarpun seketika memposisikan diri mereka untuk menghadapi benturan dengan posisi seperti ini.
Dengan memposisikan diri dalam posisi "brace for impact" tersebut diharapkan penumpang dan awak kabin tidak mengalami atau setidaknya mengurangi cedera akibat hantaman keras badan pesawat pada landasan.
Tapi ternyata posisi "brace for impact" ini justru mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat awam.
Ada yang berpendapat bahwa posisi ini justru akan mempermudah "kematian" penumpang.
Jadi kalau kena benturan hebat, kepala leher akan terbentur pada kursi depannya dan akan seketika meninggal.
Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa posisi ini bertujuan untuk melindungi gigi penumpang, sehingga jika penumpang tak selamat, identifikasi bisa dilakukan dengan catatan gigi.
Entah ini beneran atau cuma teori, tetapi setelah saya cari tau ke berbagai sumber, akhirnya saya menemukan jawaban yang agak melegakan.
Dikutip dari CNN, seorang kapten training British Airways bernama Steve Allright mengungkapkan bahwa posisi "brace for impact" ini bisa menyelamatkan nyawa.
Pendapat yang diungkapkan Steve Allright ini ternyata punya dasar yang kuat. Jika kita lihat history-nya, posisi "brace for impact" pertama kali diperkenalkan di Inggris saat terjadinya kecelakaan Kegworth tahun 1989.
Penerbangan lain di Australia juga pernah mengalami kecelakaan. Saat itu sebuah pesawat yang mengangkut 16 orang penumpang terjatuh.
Sebagian besar penumpang tidur saat kecelakaan, kecuali satu orang yang masih bangun dan melakukan posisi "brace for impact". Penumpang ini menjadi satu-satunya orang yang selamat.
Di Indonesia pun hal ini pernah terjadi, tepatnya saat pesawat Garuda Indonesia berhasil mendarat darurat di sungai Bengawan Solo.
Berkat penerapan prosedur "brace for impact", hampir semua penumpang berhasil selamat, kecuali satu orang kru pesawat yang terlempar akibat benturan keras saat pendaratan.
Itulah kenapa posisi "brace for impact" sangat penting untuk diterapkan.
Dalam kondisi darurat, ini menjadi pilihan terakhir yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan diri.
Tapi bagaimana jika pesawat jatuh dalam posisi vertikal ?
Kalau kondisi seperti itu semua hanya bisa pasrah. Kasus seperti ini pernah terjadi pada Sriwijaya Air SJ-182 yang mengalami drop dan jatuh vertikal dengan kecepatan lebih dari 600km/h.
Dalam tahap seperti ini, tekanan dalam kabin pesawat juga berkurang dengan cepat. Berkurangnya tekanan oksigen dalam kabin ini bisa menyebabkan penumpang pingsan seketika.
Jadi mungkin saja semua penumpang di dalam pesawat tidak merasakan bagaimana meledak atau jatuhnya pesawat karena sebelumnya sudah tak sadarkan diri.
Terlepas dari semua mitos & teori mengerikan, posisi "brace for impact" ini sangat penting karena merupakan teknik penyelamatan terakhir yang bisa dilakukan saat pesawat dalam kondisi darurat.
Silahkan berikan pendapat & komentar kalian soal "brace for impact" di kolom komentar !
FAQ
- Kemungkinannya 0,001% kamu bisa selamat ketika pesawat meledak di udara. Kalau benar-benar selamat di udara belum tentu jatuhnya selamat.
- Tentu saja. Terutama saat terjadi crash landing maka penumpang tidak akan terpental dari kursinya atupun membentur benda lain. Beda cerita jika pesawat jatuh vertikal dari ketinggian, dalam kondisi ini fungsi sabuk pengaman bukan lagi untuk menyelamatkan nyawa, melainkan agar tubuh tetap terikat di kursi agar memudahkan pencarian jasad.
- Pesawat jatuh karena ulah dari anak kecil yang tidak lain dan tidak bukan adalah anak dari pilot yang sedang bertugas. Hal ini terjadi di penerbangan Aeroflot 593 yang jatuh dipegunungan Siberia pada 1994. Kecelakaan ini menewaskan 75 penumpang termasuk kru pesawat.